1.
Pendahuluan
Gerakan pembahuruan dalam agama
brahma/Hindu itu bermula pada abad ke enam sebelum masehi dan berkelanjutan
sampai abad ke ke 20. Tiga tokoh pembaharu diantaranya lantas melahirkan agama
tersendiri. Pertama yaitu,Siddharta
Gautama (560 – 480 sM) dan ajarannya melahirkan Agama Budha. Kedua, adalah Mahavira (599 – 527 sM) dan ajarannya
melahirkan Agama Jaina. Dan yang ketiga yaitu, Guru Nanak
(1469 – 1538 M) dan ajarannnya melahirkan Agama Sikh.
Ketiga gerakan pembaharu dalam agama
Brahma/ Hindu ini yang mana agama Sikh adalah agama yangsangat dipengaruhi oleh agama Islam. Lahirnya Agama Sikh
di sini tak lepas dari peran Guru Nanak yang telah menyatukan ajaran monoteis Islam
dengan poleteis Hinduisme.
Sebelum kedatangan
Guru Nanak itu muncul maka usaha untuk ke arah sinkronisasi antara agama Hindu
dan agama Islam itu telah dimulai oleh kabir (1488 – 1512 M), seorang penyair
india. Dan himpunan sajaknya merupakan dari bagian di dalam Kitab suci agama Sikh.
Kabir dan Guru Nanak adalah dua
tokoh yang telah menyatukan ajaran-ajaran Agama Hindu dengan ajaran Islam. Dan
tak lepas dari usaha keduanya itu untuk menyatukan ajaran monoteis Islam dengan
Poleteis Hinduisme. Melihat kerja keras kedua toko ini yang sangat berpengaruh
penting ini dalam menyatukan ajaran Islam dan ajaran Hindu menghabiskan waktu
selama beberapa tahun untuk menyebarkan dakwahnya.
Belajar tokoh tak lepas dari sejarah
lahirnya tokoh itu. Maka disini penulis ingin mencoba menulis sejarah tentang tokoh
yang telah menyatukan ajaran Agama Islam dan ajaran Agama Hindu yaitu, Kabir
(1488 – 1512 M) dan Guru Nanak (1469 – 1538 M).
2.
Sejarah Riwayat hidup Kabir
Kabir (1488 -
1512), seorang tokoh yang mendahului Guru Nanak ke arah sinkronisasi antara
agama Hindu dengan Agama Islam, dan himpunan sajaknya merupakan bagian di dalam
Granth Saheb.[1]
Ibu dan
bapaknya dari kasta yang hina di dalam agama Hindu, yang kehidupannya melarat
dan tidak mampu untuk mengidupi bayinya itu, kedua orang tuanya menempatkan
bayi itu pada sebuah keranjang dan menghanyutkannya pada sungai Gangga di
Benares.
Pagi itu
kebetulan seorang penenun muslim bernama Niru dan isterinya bernama Nima turun
ke sungai Gangga untuk membersihkan diri dan mengambil air sembahyang, lalu
melihat keranjang berisikan bayi itu, lalu memungutnya dan membesarkannya
sebagai anak kandungnya sendiri karena keluarga penenun itu tidak punya anak.
Ia diasuh dan dibesarkan menurut tata kebaktian agama Islam tapi menyaksikan
perbedaan dan persengketaan yang berkelanjutan antara pihak Hindu dan pihak Islam.
Dia dibiayai untuk belajar pada guru-guru terbaik di Benares. Dan menjelang
usianya yang sudah 16 tahun, dia telah luas pengetahuannya tetang agama Islam dan agama
Brahma. Sementara itu dia sangat tertarik kepada himpunan sajak seorang penyair
Hindu yaitu, Ramanand, yang termasuk
tokoh reformasi di dalam agama Hindu.
Ramanand
mengajarkan bahwa Tuhan itu Maha Esa dan Al Haqq itu teman terbaik bagi manusia
dan hidup sederhana adalah jalan terbaik menuju Nirvana.Jiwa seni di dalam
dirinya mendorongnya untuk menggubah sajak semenjak usia muda itu.
Sementara kedua
orang tuanya mengajarkan menenun sehingga dia menjadi seorang penenun yang
mahir dan tangkas. Sementara menenun itu ia ubah menjadi sajak-sajak dan
menyanyikannya sehingga sajak itu lambat-laun
terkenal populer di Benares.
Namanya
bertambah harum oleh sajak-sajaknya itu tapi ia tetap bertenun. Pada suatu
upacara tahunan agama Hindu di Benares yang berpuluh-puluh ribu orang Hindu
turun ke sungai Gangga, karena air
sungai itu terpandang suci dapat membersihkan dosa. Maka Kabir datang
menyaksikan orang-orang berdosa itu membersihkan dosanya.
Pada pinggiran sungai Gangga itu Kabir
berjumpa dengan dua Brahmain. Dia pun membicarakan Ramanand
tentang Tuhan Maha Esa. Kedua Brahmain itupun menjawab : “ Kami dan nenek
moyang kami, sudah beberapa generasi lamanya mempercayai bahwa Tuhan itu
banyak. Justru sudah
tentulah Tuhan itu banyak, bukan Satu.”
“ Jikalau
demikian halnya.” kata Kabir. “ Selama matahari tidak terbit maka
bintang-bintang gemerlapan.”
“ Apa msksud
anda ? ”
“Saya maksudkan
: selama pengetahuan yng sempurna tentang Tuhan Maha Esa itu belum diketahui
pihak umum, maka mereka menyembah berhala-berhala. Jikalau dengan menyembah
batu pahatan itu anda dapat menemukan Tuhan, maka saya lebih sudi menyembah
gunung dan batu. Dari pada batu pahatan yang anda sembah itu lebih berkebajikan batu
gilingan, karena dapat menggiling gandum untuk dijadikan roti makanan.”[2]
Ketika sudah
melihat kondisi upacara tahunan Agama Hindu mencoba bagaimana agar agama Hindu
dan Islam saling mempengaruhi. Ajaran Kabir menjadi salah satu sumber pokok
dari ajaran Nanak.Kabir mengajarkan adanya zat tertinggi.Tuhan adalah Tuhan
yang disembah oleh semua Agama.Oleh karenanya menyembah banyak illah adalah
salah. Di
dalam mencari tuhan orang pasti memerlukan seorang pawang, yaitu orang yang
sudah mengajar dirinya mengenal Tuhan.[3]
Ketika ia
meninggal di Maghar dalam usia 17 tahun, iapun meninggalkan himpunan sajak,
yang oleh para pengikutnya dikumpulkan dan dibukukan dengan judul Bijak. Para
pengikutnya itu memanggil dirinya dengan Kabir
Panthis, yang bermakna para pengikut kabir. Himpunan sajak yang berjudul Bijak itu dimasukkan pada masa
belakangan menjadi bagian dari kitab
Suci di dalam Agama Shiks.
3.
Sejarah Riwayat
Guru Nanak
Guru Nanak
dilahirkan pada tanggal 15 April 1469 di Talwandi Rai Boe, sebuah desa kecil di
tepi sungai Ravi, sekitar empat kilometer sebelah barat daya Lahore, ibukota
wilayah Punjab.Desa tersebut sekarang dikenal dengan nama Nankana Sahib, yang
berarti “desa tempat kelahiran Nanak”. Dari sudut kacamata Hindu, orang tuannya
memliki kasta Ksatria.
Ayahnya, Mehta
Kalu, adalah seorang Patwari, atau akuntan desa, yang bekerja pada perusahaan
milik Rai Bular. Seorang muslim, pemilik tanah yang luas di desa itu. Ibunya,
Tripta, adalah seorang Hindu yang fanatik. Mereka adalah keturunan suku Khattri
yang termasuk bangsa Arya.[4]
Sejak semula Nanak
sudah kelihatan sebagai orang yang nantinya akan tumbuh menjadi seorang
perenung, senang bermeditasi, menjalani hidup dan kehidupan mistik. Ayahnya beusaha menjauhkannya dari kesenangan
merenung tersebut dengan mencarikannya pekerjaan, karena ayahnya bercita-cita
agar Nanak menjadi seorang pengusaha yang berhasil nantinya. Akan tetapi semua usaha ayahnya gagal. Nanak
bahkan bertambah lari dalam kehidupan meditatif.Ia makin tenggelam dalam
kehidupan menyendiri dan berkontlempasi.
Nanak pun
dikawinkan dengan seorang gadis, Sulakhani namanya. Gadis
itu adalah keturunan keluarga terpandang juga dalam masyrakat. Yaitu Mul Chand
Batala. Dengan perkawinan ini Nanak agak menjadi tenang dan mengabdi kepada
majikannya selama lebih kurang dua belas tahun, yaitu sampai ketika ia, menurut
pengakuannya, merasakan pengalaman mustiknya yang pertama kali yang di
rasakannya sungguh-sungguh ajaib. Pada waktu itu menurut janam sakhis, tepat menjelang fajar akan
menyingsing, ketika Nanak sedang merendam diri sebuah sungai, tiba-tiba ia
pulang ke rumah, ternyata ia sama sekali sudah berubah. Ia kedengaran berulang
kali berterial dengan keras mengucapkan kata-kata ”tidak ada Hindu, tidak ada
Muslim”. Yang dimaksudkannya dengab kalimat itu adalah, bahwa dua kelompok
besar umat beragama di benua indo-pakistan itu, yaitu umat Hindu dan umat Islam,
sudah berakhir melaksanakan kebenaran agama masing-masing.
Mulai saat itu Nanak menjalani hidup
zuhud, penuh kesederhanaan.Ia lebih banyak bermenung dan berhalwat, pergi
menyendiri kehutan untuk menyucikan rohani dan menjahukan diri dari
godaan-godaan hidup bisa berhubungan langsung dengan tuhan.
Guru Nanak menghabiskan sisa-sisa hidupnya
dikartapur, tempat jamaah-jemaah besarnya selalu hadir mendengarkan dia
berkhotbah. Setiap orang yang melihat dan mendengar khortbahnya selalu
terpesona oleh keselehan dan kepribadiannya yang luar biasa, juga kesucian
jiwanya yang sangat kentara dalam setiap tingkah lakunya. Dikatakan, bahwa ia
benar-benar merupakan hamba tuhan dan kemanusiaan.
Nanak meninggal dunia dalam usia 70 tahun.
Pada hari wafatnya itu, yang bertepatan dengan tanggal 22 September 1539, suatu
perselisihan dan pertengkaran diceritakan
terjadi antara kaum Hindu dan umat Islam. Masing-masing
pihak menuntut bahwa pihaknyalah yang berhak merawat jenazahnya sesuai dengan
ajaran yang dianutnya. Kaum Hindu mengatakan, bahwa Nanak adalah orang Hindu, sebab dilahirkan di rumah dan keluarga
Hindu; sementara umat Islam mengatakan, bahwa Nanak adalah seorang muslim
karena percaya pada syahadat Islam dan sudah melaksanakan rukun Islam yang
kelima, yaitu haji. Pertengkaran tersebut berakhir dengan sendirinya, karena
sewaktu mereka membuka penutup jenazah Nanak.
4.
Ajaran Guru
Nanak
Tatkala Nanak
berusia 30 tahun ia mengatakan pada istrinya, juga orang tuanya bahwa ia telah
menjadi guru. Istrinya bertanya: “apakah guru itu?” Nanak menjawab “guru adalah
orang yang mengajarkan suatu kepercayaan baru.” “Apakah kepercayaan baru itu
ayahnya bertanaya?” Nanak menjawab “tidak ada Hindu tidak ada muslim.“ inilah
kemudian yang dikatakan sebagai ajaran dasar agama Sikh.
Pada waktu
pertama kali Nanak mengajarkan ajaran tersebut, majikannya, Nawab Daulat Khan Lodhi,
juga mendengarnya, dan bertanya: “mengapa Nanak berpendapat tidak ada muslim?” Nanak
menjawab: “ Nawab Sahib, adalah sangat sulit menjadi seorang muslim.”
Guru Nanak
pribadi adalah seorang yang benar-benar hidup konsekuen dengan ucapannya itu. Ia
mengajarkan keesaan tuhan. Ia yakin seyakin-yakinnya bahwa tuhan itu adalah
maha Esa, kekal abadi, berdiri sendiri dan tanpa rupa. Tuhan yang diajarkan Nanak
bukan suatu ide yang khayal atau abstrak, bukan suatu kekuatan moral yang
bersifat impersonal, karena, menurut Nanak, tuhan adalah wujud yang personal,
Maha Pencipta, Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Guru Nanak juga
menyangkal ajaran ketuhanan yang bercorak monistik (advaita
vedantism) dari Hinduisme. Menurut ajaran ini, alam semesta adalah tidak
mau menerima ajaran dualistic yang diajarkan oleh Hinduisme, yang dikenal juga
dengan shankhnya-yoga. Menurut ajaran ini, alam dan tuhan tidak diciptakan dan
sama-sama kekal. Sama dengan umat Islam, Nanak percaya bahwa walaupun alam
semesta ini adalah nyata namun diciptakan dan tidak kekal. Alam ini nyata
karena merupakan bukti dari kehendak dan hukum tuhan.Semua benda menjadi wujud,
sementara karya dari kehendak itu tidak bias diuraikan. Hanya dengan kehendak-Nya
semua bentuk mengembangkan hayat dalam diri masing-masing, dan kemudian semua
wujud akan bertambah mulai Karen kemuliaan yang menciptakannya.
Guru Nanak
menyeru orang agar mengikuti jalan menuju tuhan. Keselamatan, menurut dia,
hanya teruntuk bagi siapa yang menundukkan kemauannya di bawah kehendak tuhan.
Siapa yang berfikir dan berbuat sesuai dengan keinginan tuhan, ia akan selamat.
a.
Ajaran Nanak
tentang manusia
Guru Nanak mengajarkan bahwa seluruh umat manusia adalah satu,
orang dimulaikan bukan karena ia anggota kasta ini atau itu, kepercayaan ini
atau itu, melainkan karena ia adalah “manusia.” Oleh sebab itu Nanak sangat
menentang ajaran tentang kasta, lebih-lebih ajaran tentang adanya manusia
“najis” yang haram disentuh.
Nanak meletakkan dasar bagi pengangkatan martabat di kalangan
masyarakat Hindu bukan atas dasar kasta, upacara-upacara singkat seperti
mantra-mantra, keajaiban-keajaiban, misteri-misteri, akan tetapi atas dasar
kodrat dan kecenderungan manusia itu sendiri. “tidak ada gunanya itu kasta dan
kelahiran: pergilah dan tanyakan pada
mereka yang mengetahui kebenaran. Derajat seseorang ditentukan oleh amal
kebajikannya,” demikian katanya.
Jalan bagi manusia untuk menyembah tuhan, menurut Nanak, adalah menyampaikan
rahmat karunia-Nya dan menernungkan nama-Nya:
Nanak sangat mementingkan segi moral manusia. Menurut dia, manusia
harus hidup dengan mengutamakan kesempurnaan moral, karena nilai manusia
terletak pada tinggi rendahnya moral itu. Dalam memberikan nasehat untuk
pembinaan moral manusia, ia menyusun syair yang antara lain berarti :
Buanglah jauh-jauh perasaan kemegahan
Ingatlah inti sari agama
Patuh dan simpatilah pada tuhan dan sesame
Bukannya pakaian yang cemerlang
Bukannya yogi dan abu bakaran mayat
Bukannya tiupan terompet dan seruling
Bukannya kepala yang digundul
Bukannya doa yang panjang
Bukannya teriakan dan penyiksaan
Bukannya jalan pertapaan,Tapi satu hidup yang baik dan suci
Di tengah-tengah godaan dunia.
b.
Ajaran Nanak
tentang alam
Nanak mengajarkan bahwa alam semesta ini adalah cipataan tuhan, dan
tidak abadi.Yang kekal dan abadi hanya tuhan, karena tuhan adalah realitas
mutlak.Nanak juga menusia lain, adalah hamba tuhan. Tuhan adalah yang maha
kuasa, menguasai segala-galanya. Kalau manusia beranggapan bahwa ia bebas
melakukan kehendaknya, maka ia tidak akan dapat menikmati kebahagiaan yang
sejati. Dengan kodrat dan iradat tuhan seluruh alam ini terjadi, dan melalui
hokum tuhan alamn ini menjalani kehidupannya. Tidak ada sesuatu yang bias
berjalan diluar kehdendak dan hokum tuhan. Dengan kodrat tuhan semunya dikuasi
oleh meut dan menuju kepada kemusnahan.Dengan kodrat tuhan pula manusia
terserap ke dalam yang maha besar.
Apapun yang dikehendaki tuhan semunya pasti terjadi. Tidak ada yang
berada di bawah kuasa makhluk. Tuhan yang maha kuasa, maha tahu dan maha kasih
saying. Ia kuasa menjadikan dan memusnahkan. Ia tahu apa yang sudah terjadi dan
apa yangakan terjadi. Ia mengasihi siapa saja yang tunduk pada perinth-Nya
dengan menganugerahakan kehormatan, dan ia akan menghukum semua yang ingkar
dari ketentuan-Nya. Semua yang telah dan akan terjadi adalah menurut
kehendak-Nya.
Demikian itulah
garis bersar ajaran guru Nanak. Ajaran-ajaran yang berasal langsung dari nakak
ini dilengkapi terus oleh guru-guru penggantinya.Guru Angarh mulai mencetuskan
tentang perlunya kaum Sikh memiliki kitab suci dan rumah ibadat sendri. Ia
memelompori pengadaan dua hal tersebut. Ia juga berusaha membersihkan
unsur-unsur Hindu dari dalam Sikh seperti larangan pemujaan sakti. Larangan
membakar janda yang ditinggal mati suaminya dipelopori oleh Amar Das. Guru
ketiga. Ram Das menetapkan ajaran tentang kewajiban menyumbangkan sebagian
harta untuk menegakkan agama dan kepentingan umat . Juga pengangkatan seseorang
menjadi iman atau pemimpin upacara ditentapkan olehnya. Realisasi ide adanya
tempat suci dilaksanan oleh ram das ini. Ia membangun kuil emas di Amritsar,
yang sampai sekarang dianggap sebagi kuil yang paling suci oleh orang-orang Sikh.[5]
DAFTAR PUSTAKA
Ø Ali, Mukti, Agama-Agama Di Dunia,
IAIN Sunan Kalijaga Press, Jogjakarta,
Ø Hadiwijono, Harun, Agama Hindu dan
Budha, Gunung Mulia Press, Jakarta,
[1] Sou’yb, Joesoef, AGAMA-AGAMA BESAR DI DUNIA, Al Husna
Zikra, Jakarta, 1996, h. 155
[2]Ibid, h. 157
[3] Hadiwijono, Harun, Agama
Hindu dan Budha, Gunung Mulia Press, Jakarta, 2008, h. 49
[4] Ali, Mukti, Agama-Agama Di
Dunia, IAIN Sunan Kalijaga Press, Jogjakarta, h. 185
[5]Ali, Mukti, Agama-Agama Di
Dunia, IAIN Sunan Kalijaga Press, Jogjakarta, h. 201